Jumaaat, 5 januari, 2010/ 20 Safar 1431
Alquran adlah mukjizat Islam yg kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah saw., utk mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju terang serta membimbing mereka ke jalan yg lurus. Rasulullah saw. menyampaikan Alquran kepada para sahabatnya orang Arab asli. Sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan nalurinya. Bila mengalami ketidakjelasan dalam memahami suatu ayat mereka menanyakannya kepada Rasulullah saw.
Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangannya Imam Bukhari Imam Muslim dan yg lainnya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. katanya Ketika ayat yg artinya ‘Orang-orang yg beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dgn kezaliman’ diturunkan banyak orang yg merasa resah. Mereka kemudian menanyakannya kepada Rasulullah saw. Ya Rasulullah saw. siapakah di antara kita yg tidak berbuat kezaliman terhadap dirinya? Nabi menjawab Kezaliman di sini bukan seperti yg kamu pahami. Tidakkah kamu pernah mendengar apa yg telah dikatakan oleh seorang hamba Allah yg saleh ‘Sesungguhnya kemusyrikan adl kezaliman yg besar’. . Jadi yg dimaksud dgn kezaliman di sini adl kemusyrikan.
Disamping itu Rasulullah saw. juga menafsirkan utk mereka beberapa ayat.
Dalam riwayat Muslim dan yg lainnya dari Uqbah bin Amir berkata Aku pernah mendengar Rasulullah saw. berkata di atas mimbar yg artinya ‘Dan siapkanlah utk menghadapi mereka kekuatan yg kamu sanggupi.’ {Al-Anfal 60}. Ingatlah bahwa kekuatan di sini adl memanah.
Para sahabat sangat antusias utk menerima Alquran dari Rasulullah saw.
menghafal dan memahaminya. Ini merupakan suatu kehormatan bagi mereka. Anas r.a. berkata Seseorang di antara kami bila telah membaca surah Al-Baqarah dan Ali Imran orang itu menjadi besar dalam pandangan kami. Begitu pula mereka selalu berusha mengamalkan Alquran dan memahami hukum-hukumnya.
Diriwayatkan dari Abu Abdurrahman as-Sulami yg mengatakan Mereka yg membacakan Alquran kepada kami seperti Utsman bin Affan dan Abdullah bin Mas’ud serta yg lain menceritakan bahwa bila mereka belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak melanjutkannya sebelum mengamalkan ilmu dan amal yg ada di dalamnya. Mereka berkata ‘Kami mempelajari Alquran berikut ilmu dan amalnya sekaligus’.
Rasulullah saw. tidak mengizinkan mereka menuliskan sesuatu dari dirinya selain Alquran krn beliau khawatir akan tercampur dgn yg lain.
Muslim meriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Rasulullah saw. bersabda Janganlah kamu menulis dari aku. Barang siapa menulis dari aku selain Alquran hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yg dariku dan itu tiada halangan baginya. Dan barang siapa yg sengaja berdusta atas namaku ia menempati tempatnya di api neraka.
Sekalipun setelah itu Rasulullah saw. mengizinkan kepada sebagian sahabat utk menulis hadis tetapi hal yg berhubungan dgn Alquran tetap didasarkan pada riwayat yg melalui petunjuk di zaman Rasulullah saw. di masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar ra.
Kemudian datang masa kekhalifahan Utsman bin Affan r.a. dan keadaan menghendaki utk menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf. Dan hal itu pun terlaksana. Mushaf itu disebut Mushaf Imam . Salinan-salinan mushaf itu juga dikirimkan ke beberapa provinsi.
Penulisan mushaf tersebut disebut Ar-Rasmu al-Utsmani yaitu dinisbatkan kepada Utsman. Dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu rasmil quran.
Kemudian datang masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib r.a. Dan atas perintahnya Abul Aswad ad-Du’ali meletakkan kaidah-kaidah nahwu cara pengucapan yg tepat dan baku serta memberikan ketentuan-ketentuan harakat pada Alquran. Ini juga dianggap sebagai permulaan i’rabil quran.
Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-makna Alquran dan penafsiran ayat-ayatnya yg berbeda-beda di antara mereka sesuai dgn kemampuannya yg berbeda-beda dalam memahami dan krn adanya perbedaan lama tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah saw.
Hal yg demikian diteruskan oleh murid-murid mereka yaitu para tabi’in.
Di antara para mufassir yg termasyhur dari kalangan sahabat adl empat orang khalifah kemudian Ibnu Mas’ud Ibn Abbas Ubai bin Ka’ab Abdurrahman bin Auf Zaid bin Tsabit Abu Musa al-Asyari dan Abdullah bin Zubair.
Banyak riwayat mengenai tafsir yg diambil dari Abdullah bin Abbas dan Ubai bin Ka’ab. Dan apa yg diriwayatkan dari mereka tidak berarti sudah merupakan tafsir Alquran yg sempurna tetapi terbatas hanya pada makna beberapa ayat dgn penafsiran tentang apa yg masih samar dan penjelasan apa yg masih global. Mengenai para tabi’in di antara mereka ada satu kelompok terkenal yg mengambil ilmu ini dari para sahabat di samping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat.
Di antara murid-murid Ibnu Abbas di Mekah yg terkenal ialah Sa’id bin Jubair Mujahid Ikrimah bekas sahaya Ibnu Abbas Thawus bin Kisan al-Yamani dan Atha’ bin Abi Rabah. Sementara di antara murid-murid Ubay bin Ka’ab yg terkenal di Madinah adl Zaid bin Aslam Abul Aliyah dan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazi. Di antara murid-murid Abdullah bin Mas’ud di Irak yg terkenal adl al-Qamah bin Qais Masruq Al-Aswad bin Yazid Amir Asy-Sya’bi Hasan al-Basri dan Qatadah bin Di’amah as-Sadusi.
Ibnu Taimiyah berkata Adapun mengenai ilmu tafsir orang yg paling tahu adl penduduk Mekah krn mereka sahabat Ibnu Abbas seperti Mujahid Atha’ bin Abi Rabah Ikrimah maula Ibnu Abbas lainnya seperti Thawus Abusy-Sya’sa Said bin Jubair dan lain-lainnya. Begitu pula penduduk Kufah dari sahabat Ibnu Mas’ud dan mereka itu mempunyai kelebihan dalam ilmu tafsir di antaranya adl Zubair bin Aslam Malik dan anaknya Abdurrahman serta Abdullah bin Wahb mereka berguru kepadanya. Dan yg diriwayatkan dari mereka itu semua meliputi ilmu tafsir ilmu gharibil quran ilmu makki wal madani dan ilmu nasikh dan mansukh. Tetapi semua ini didasarkan pada riwayat dgn cara didiktekan.
Pada abad ke-2 Hijriah tiba masa pembukuan yg yg dimulai dgn pembukuan hadis dgn segala babnya yg bermacam-macam dan itu juga menyangkut hal yg berhubungan dgn tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Quran yg diriwayatkan dari Rasulullah saw. dari para sahabat atau dari para tabi’in. Di antara mereka itu yg terkenal adl Yazid bin Harun as-Sulami Syu’bah bin Hajjaj Waki’ bin Jarrah Sufyan bin Uyainah dan Abdurrazaq bin Hammam . Mereka semua adl para ahli hadis; tafsir yg mereka susun merupakan salah satu bagiannya. Namun tafsir mereka yg tertulis tidak ada yg sampai ke tangan kita. Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh segolongan ulama. Mereka menyusun tafsir Alquran yg lbh sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yg paling terkenal di antara mereka adl Ibn Jarir at-Thabari .
No comments:
Post a Comment